SATU PUISI SATU SISWA MELALUI TEKNIK AKROSTIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEREK DI MASA PANDEMI
SATU PUISI SATU SISWA MELALUI TEKNIK AKROSTIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEREK DI MASA PANDEMI
Didik Triyanto, M.Pd
SMP Negeri 1 Kerek, Indonesia
Email: didik3yanto@gmail.com
Abstrak Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia salah satunya adalah pembelajaran menulis puisi di mana bagi siswa Sekolah Menegah Pertama dianggap masih sulit dikarenakan menulis membutuhkan proses yang dipengaruhi oleh pembiasaan siswa yakni membaca puisi, menganalisis, menilai, menciptakan, dan mengkreasi. Atas dasar persoalan ini, maka salah satu pemecahanya adalah memperbaiki pembelajaran yang mampu mengefektifkan proses pembelajaran bahasa dan sastra, khususnya kemampuan menulis puisi. Perbaikan tersebut dapat menerapkan strategi melalui tekni akrostik sebagai startegi pembelajaran keterampilan menulis. Adapun hasil proses pembelajaran adalah pada tahap membangun konteks sikap respon anak presentasi 100%, tahap pemodelan puisi teknik akrostik presentasi 88,88%, menganalisis unsur-unsur pembangun puisi dengan predikat presentasi 81,48%, tahap mengontruksi terbimbing kegitan menyusun teks puisi melalui teknik akrostik yang menerapkan unsur-unsur puisi dengan presentasi 70,37%, dan mengkontruksi mandiri menulis berlanjut presentasi 62,96%. Hasil belajar menulis puisi dengan teknik akrostik 29 siswa tuntas di atas rerata 78,41 dari KKM 70. Adapun unsur pembangun puisi meliputi: penerapan tahapan teknik akrostik nilai rerata 100; unsur bahasa kias rerata 84,6; unsur rima rerata 88.46; sedangkan kata konotasi 85.57; kata berlambang rerata 80.76; dan penerapan unsur imaji rerata 86. Keywords : Kata Kunci: pembelajaran, menulis, puisi, teknik akrostik PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imagjnatif yang ada dalam dirinya (Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006). Hal ini menujukkan bahwa Bahasa Indonesia menjadi “pintu gerbang” untuk menyiapkan siswa menuju era abad 21. Sebab tatangan di era abad 21 tidaklah ringan. Karena itu, di era globalisasi saat ini dan akan datang peranan bahasa sangat urgen. Bahasa memiliki peran peting untuk mengebangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengusain teknolagi juga untuk mendukung kemampuan berintraksi sosial dari semua aspek kehidupan. Sehingga peranan bahasa menjadi tumpuan garda terdepan tidak terkecuali peranan Bahasa Indonesia untuk menghadapi tantangan perkembangan di era digital saat. Selanjutnya untuk mencapai sasaran tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut, maka ditegaskan lebih rinci di dalam Kurikulum 2013. Kurikulum ini pengembangankan mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks atau gender. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya yakni bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Sehingga metode pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMP, SMA, dan SMK terdiri atas empat tahap, yaitu: 1) membangun konteks, 2) pemodelan teks, 3) pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4) pembuatan teks secara mandiri. (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2014; E. Kosasi, 2017: 47-48) Realita ini menujukkan rendahnya minat dan ketertarikan siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek keterampilan menulis puisi adalah satunya karena strategi pembelajaran yang kurang menarik. Dari data bahwa anak kesulitan menulis puisi sesuai unsur-unsur puisi yang akhirnya kesulitan menulis puisi dengan jalan mencotoh secara utuh atau sebagain besar. Siswa mengangkap bahwa menulis puisi harus berbait dengan baris tertentu. Hal ini bisa dimaklumi karena waktu di sekolah dasar siswa menyusun puisi berbait-bait. Adanya persolan ini penulis sebagai penngajar bahasa Indonesia di kelas VIII dijadikan titik awal perbaikan menyusun teks puisi. Selanjutnya guru memutuskan menggunakan teknik tertentu untuk meningkatkan kemampuan menulis, khususnya cipta puisi di mana teknik tersebut tepat sesuai situasi dan kondisi saat ini. Oleh karena itu, penulis menggunakan teknik Akrostik. Hal ini sesuai hasil penelitian yang menunjukan bahwa pembelajaran menulis kreatif puisi efektif dilakukan menggunakan teknik akrostik dan teknik latihan terbimbing dengan media video keindahan alam (Errnawati, O. D., & Utami, S. P. 2017). Selajutnya menerapkan menerapkan teknik akrostik dengan langkah-langkah yang ditarapkan Purwaningsih(2021) sebagai berikut. (1) Menentukan tema terlebih dahulu.(2) Susun kata yang sudah dipilih secara vertikal. (3) Membuat puisi akrostik tidak harus dimulai dari huruf pertama. (4) Lihat dan cermati dengan baik, cari huruf di mana kamu merasa dari huruf tersebut kamu dapat membuat susunan kalimat yang benar-benar kamu sukai dan membuat kamu lebih mudah untuk mengekspresikan diri. (5) Gunakan gaya bahasa yang sesuai dengan tema. (6) Langkah terakhir lakukan revisi. Siswa agar bangga untuk menyusun puisi dengan kreatif sebagai motivasi maka satu siswa satu puisi yang mana motivasi siswa dengan strategi yang terapkan Hasan (2019). Berdasarkan hasil kajian pustaka tersebut penulis mengimplemetasi teknik ini dengan mantap Melalui Teknik Akrostik (METEKAK) Sedangkan penggunaan strategi Samu Sapu (Satu Murid Satu Puisi) pada Siswa Kelas VIII SMP Insan Kamil Bogor hasilnya siswa sangat antusias ditindak lanjuti penulis menggubah dengan akronim satu puisi satu siswa (Satu Puisi Satu Siswa) Beberapa penelitian yang menerapkan keterampilan menulis puisi dengan teknik akrostik antara lain Ina Diana dan Nasihudin (2018) dalam artikel berjudul “Penerapan Teknik Akrostik Untuk Menigkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Ibtidaiyah” penelitian ini untuk mengetahui keterampilan menulis puisi siswa sebelum diterapkannya teknik akrostik, proses penerapan teknik akrostik pada setiap siklus, dan peningkatan yang dihasilkan setelah diterapkan teknik akrostik dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis maka rumusan masalah dalam artikel ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana proses pembelajaran satu puisi satu siswa melalui Teknik akrostik Kelas VIII SMP N 1 Kerek? Dan 2) Bagaimana hasil pembelajaran satu puisi satu siswa melalui teknik akrostik Kelas VIII SMP N 1 Kerek? METODEUntuk menjaring dan mengumpulkan data kualitatif yang berkenaan dengan situasi proses pembelajaran di kelas, peneliti menggunakan seperangkat instrumen sebagai alat pengumpul data.
Untuk itu,guna memudahkan penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi. Pedoman observasi yang dibuat adalah pedoman observasi untuk menjaring data aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Catatan lapangan merupakan sejumlah rekaman dan deskripsi tentang peristiwa nyata proses pembelajaran serta catatan hasil refleksi terhadap kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung. Isi catatan lapangan dapat berupa hal-hal yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dipikirkan tentang proses pembelajaran. Selain itu, catatan lapangan juga dapat berupa pemikiran, pendapat atau penafsiran tentang proses pembelajaran.
. Karena itu dalam penulisan ilmiah ini berdasarkan Besrt Practike pembelajaran terbaik. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bagaian pendahuluan bahwa penelitian ini menggunakan rancangan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dipilihnya rancangan ini kerena memiliki karakteristik yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian, yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan praktik pembelajaran, hkususnya pembelajaran menulis puisi. Di samping itu, dengan penelitian tindakan ini dimungkinkan siswa berperan aktif dalam pelaksanaan tindakan. Siswa diperlakukan sebagai subyek bukan memperlakukan siswa sebagai obyek tindakan pembelajaran. Data tambahan meliputi dokumen dan foto. Dokumen merupakan rekaman verbal tertulis yang digunakan pada kegiatan peneliti. Dokumen tersebut meliputu RPP dan hasil KBM siswa. Sedangkan foto merupakan data pelengkap yang menggabarkan situasi saat penelitian sedang berlangsung. Data yang diperoleh dari instrumen penelitian tersebut meliputi (1) data pelaksanaan pembelajaran, dan (2) data penilain hasil pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran meliputi data guru dan data siswa dalam aktivitas belajar-mengajar. Data ini berupa rekaman keberhasilan guru dan siswa dalam intraksi belajar-mengajar dari daftar cek pedoman observasi, catatan lapangan, dan foto yang yang meliputi aktivitas siswa pada tahap membangun konteks, pemodelan, pengontruksi terbimbing, dan mengkontrukai mandiri. Aktivitas guru antara lain pemberian penjelasan, bertanyajawab, pemberian dan pembacaan contoh puisi akrostik, pembimbing, curah-pendapat, pengembangan tema dari gambar, pengembangan ide-ide, menentukan kata kunci menjadi huruf vertikal, pengembangan diksi ke baris puisi, pengeditan, dan publikasi. Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Kerek di semester ganjil tahun pelajaran 2021- 2022 yang terdiri 32 siswa. Diambilnya subyek ini atas dasar pertimbangan bahwa (1) subyek adalah siswa peneliti dalam melaksanakan tugas mengajar di kelasnya sehari-hari,. (2) siswa kesuliatan menyusun puisi. Hal ini disebabkan pembelajaran menulis puisi, guru hanya menuntut produk (hasil karya) tidak menggunakan strategi pembelajaran menulis puisi yang dapat memotivasi dan mengembangkan kreativitas dan minat siswa menulis puisi. Adapun acuan penilaian pembelajaran peoses menulis puisi dan hasil penyusun puisi melalui teknik akrostik terlampir. PEMBAHASAN1. Hasil Proses Pembelajaran
Di kegiatan pendahuluan (membangun konteks) dapat dipaparakan. (1) Guru memberikan salam pada siswsa. (2)Siswa melakukan do’a sebelum belajar (doa bersama dipandu melaui penegeras susra); (3) Guru mengecek kehadiran siswa dan tidak lupa tetap mentaati Prokes dengan ketat; (4) Siswa menerima informasi tentang kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, metode penilaian yang akan dilaksanakan yang ditayangkan; (5) Siswa menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya; (6) Guru bertanya materi yang sudah dipahami pengertian puisi; dan (7) Guru mengaitkan puisi yang diajarkan dengan kehidupan nyata dan materi. Berjalan dengan baik dan siswa mengikuti dengan antusia. Di proses pendahuluan sikap anak sangat baik sesuai penilaia sikap saat peoses pembelajaran. Hal ini bisa dicermati dokumen foto saat guru memberikan materi puisi dengan mengaitkan materi pembelajaran yang sudah diajarkan. Bisa dicermati di foto dokumen terlampir. Adapun paparann tahap inti yakni mengamati melalui pemodelan dengan lankah-langkah sebagai berikut: (1) Guru menujukkan sebuah foto atau gambar lalu memberikan pertanyaan dengan kaitan gambar tersebut yang sifatnya mengali pengetahuan yang sudah dimiliki(pembelajaran yang sudah diterima) oleh siswa sebelumnya berjalan dengan baik mendapatkan antusis dari pengamatan guru semua siswa mengamati foto; (2) Selanjutnya di tahap menanya pertanyaan lisan di awali dari pertanyaan gambar/foto. “Foto apa ini? Kapan terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? Bagaimana terjadinya? Mengapa terjadi?” Jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan media gambar tersebut mampu dijawab sebagai siswa secara kelasikal. Jadi sebagain siswa masih mampu mengingat materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Selanjutnya menyampaikan manfaat materi yang telah diterima dan akan diterima bagi diri sendiri dan orang lain;- Selanjutnya guru menjelaskan manfaat dalam kehidupan materi yang akan di bahas yakni Kompetensi Dasar